Jumat, 25 Desember 2020

Resensi : Jejak Langkah


Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Genre : fiksi
Penerbit : Lentera Dipantara
Halaman : 724
ISBN : 979-97312-5-9

    Buku ini merupakan bagian ketiga tetralogi Pulau Buru. Berbeda dari buku sebelumnya, buku ini lebih menampakkan banyak sosok pejuang yang memang ada, seperti Kartini, Soetomo, dan juga secara tidak langsung membeberkan nama asli Minke, yaitu Tirto Adhi Soerjo. Tirto Adhi Soerjo merupakan bapak pers nasional berkat usahanya dalam membela hak pribumi melalui tulisan dan korannya. Selain itu, dibuku ini juga diceritakan berbagai organisasi yang memang benar-benar ada seperti Boedi Oetomo dan Syarikat Dagang Islam.
    Perjuangan Minke dibuku ini sangat berbeda dengan buku sebelumnya, jika dibuku sebelumnya fokus karakter lebih terbagi, dibuku ini Minke lebih menjadi fokus utamanya. Selain itu, pada akhirnya dibuku ini Minke berhasil berjuang dengan caranya sendiri yang telah lama ia mimpikan, dia tidak lagi berada ditahap mengenal bangsanya sendiri, melainkan telah memasuki tahap memperjuangkan nasib bangsanya sendiri. Tentu saja perjuangan Minke tidak selalu berjalan mulus, tetap ada beberapa hal yang menghambatnya. Namun, kali ini Minke tidak hanya berjuang sendiri, dirinya semakin berubah sehingga ia dapat lebih mempercayai orang lain dan mau meminta bantuan orang lain.
     Perlahan Minke menjadi orang yang lebih berorganisir, dan mulai mengerti cara terbaik untuk membela hak pribumi, apalagi dengan berbagai bantuan yang ia dapatkan dari berbagai orang. Ia juga semakin meninggalkan kekaguman berlebihannya terhadap bangsa eropa dan lebih memperhatikan bangsanya sendiri. Ia juga menjadi semakin berani dan mengambil tindakan yang lebih hati-hati dalam membela bangsanya sendiri, seperti dengan upayanya membuka kolom keluhan-keluhan berbagai pribumi, namun dengan cara tidak terang-terangan menyerang, melainkan secara tersirat.
     Orang-orang yang berada di sekitar Minke juga berubah, tidak hanya pribumi saja, namun juga Indo, maupun totok. Sehingga Minke dapat mengetahui berbagai hal dari berbagai pandangan dan berbagai sisi, sehingga ia dapat melakukan penyelesaian secara lebih baik dan terhormat. Sehingga dirinya semakin dihormati bahkan walaupun ia hanya seorang pribumi.
   Cover versi penerbit Lentera Dipantara dari buku ini juga cukup menarik, dicover tersebut terdapat Minke yang sedang menyusun koran Medan-prijaji yang mana merupakan media yang membantunya dalam membela hak pribumi, serta terdapat segerombolan orang berkumpul yang dapat menggambarkan organisasi di buku ini.
    Seperti buku sebelumnya yang juga versi terbitan Lentera Dipantara, dihalaman belakang terdapat juga berbagai penghargaan dan ulasan dari berbagai media besar untuk Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer ini. Hal tersebut merupakan keputusan yang bagus, terutama sebagai bentuk apresiasi terhadap Pramoedya Ananta Toer.
    Buku ini sangat cocok dibaca bagi kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas maupun Mahasiswa, karena dibuku ini terdapat banyak sekali cerita mengenai berbagai organisasi dan dunia jurnalistik, sangat cocok apalagi bagi yang ingin menggeluti atau mempelajari dunia jurnalistik, karena buku ini lumayan menitik beratkan pada perjuangan melalui jurnalistik, serta Minke sendiri merupakan tokoh yang terinspirasi dari Tirto Adhi Soerjo yang mana merupakan bapak pers nasional. Sehingga kita juga dapat mempelajari berbagai organisasi dan tokoh di Indonesia melalui sudut pandang Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, karena banyaknya organisasi dan tokih dibuku ini yang berdasarkan organisasi dan tokoh yang benar-benar ada, juga dapat menyebabkan pembaca dapat lebih mengetahui organisasi dan tokoh-tokoh yang terdapat dibuku ini, apalagi buku ini ditulis oleh seseorang yang telah lama menggeluti dunia organisasi dan ikut serta diberbagai organisasi.
   Namun, buku ini juga memiliki berbagai kekurangan, yaitu bahasanya yang masih saja terkesan kuno dan kurang cocok dengan saat ini. Selain itu, dibeberapa bab, cerita lebih didominasi dengan narasi yang panjang dan berbagai surat dari dari berbagai orang yang menyebabkan pembaca harus sangat teliti ketika menbaca surat satu persatu. Serta semakin banyaknya tokoh yang bertambah semakin berjalannya cerita, baik tokoh penting maupun tokoh sekedar lewat menyebabkan pembeca kesusahan setiap tokoh yang sangat banyak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar