Rabu, 23 Desember 2020

Negara dan Masalah Sosial


   Hari ini saya mendapatkan pengetahuan baru mengenai 2 negara yang sebelumnya belum saya ketahui dan ada juga yang tidak saya sadari. Pengetahuan tersebut saya dapatkan dari seolah teman dosen saya yang hari ini dosen saya undang untuk menyampaikan pengalamannya, kebetulan mata kuliah saya ini berhubungan dengan kultur berbagai negara. Teman dosen saya ini pernah tinggal di Jerman selama 9 bulan dengan tujuan menjalankan beasiswa yang ia dapatkan mengenai sastra dan budaya, dan ia juga pernah tinggal di Australia entah seberapa lama.
   Pertama, ia menceritakan pengalamannya saat di Jerman, pada saat itu ia tiba pada musim dingin, dan ternyata perkiraannya  mengenai suhu disana salah besar yang ia rasakan jauh lebih dingin dari yang ia perkirakan padahal ia sudah mengetahui berbagai info mengenai musim dingin di Jerman. Cerita itu membuat saya cukup teringat dengan apa yang saya lakukan beberapa minggu yang lalu saat mengelilingi surabaya. Ternyata memang benar, terdapat perbedaan besar antara sekedar mengetahui dari orang lain serta tidak pernah mengalaminya secara langsung dengan mengetahuinya secara langsung melalui pengalaman sendiri. Karena apa yang kita sekedar ketahui dari orang lain, kita tidak dapat memperkirakannya sendiri melalui berbagai indra tubuh, maksimal mengamati foto atau video saha. Sedangkan jika mengalaminya secara langsung, akan sangat berbeda karena merasakannya sendiri dengan seluruh indra tubuh.
    Pada bulan pertama di Indonesia, ia merasa sangat senang karena dapat menikmati pemandangan jerman terutama bangunannya yang datang dari berbagai zaman bahkan ada yang berasal dari abad ke-17, serta terdapat banyak sekali orang dari berbagai ras, sehingga ia merasa lebin nyaman dan tak merasa terkucilkan, namun pada bulan kedua ia mengalami culture shock, terutama dalam masalah bahasa, berhubung ia tinggal di rumah teman Jermannya yang berada di desa, ia jarang menemui orang yang berbahasa inggris seperti di kota Jerman. Akhirnya, ia terpaksa membuka kamus secara terus menerus dan menyusun kata terlebih dahulu sebelum bertanya mengenai berbagai hal atau membeli sesuatu. Tidak berbeda jauh dengan di Indonesia, yang mana kemungkinan besar pengguna bahasa inggris berada di kota dibandingkan di desa.
   Setelah merasa cukup menceritakan Jerman, ia lanjut bercerita sedikit mengenai Australia, berbeda dengan di Jerman, di Australia ia tidak mengalami kesusahan dalam komunikasi, karena bisa dibilang orang Australia bahasa utamanya bahasa Inggris, walaupun berdasarkan yang saya ketahui bahasa Inggris Australia cukup berbeda dengan bahasa Inggris Amerika atau British. Berbeda dengan Jerman, ia tidak menemui banyak orang dari berbagai ras di Australia. Berdasarkan perkiraannya salah satu penyebabnya adalah karena Australia masih tergolong negara baru seperti Indonesia jadi memerlukan waktu dalam beradaptasi dengan orang dari berbagai ras. Sedangkan Jerman sudah ada sejak lama, dan juga karena banyak orang Jerman yang merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan saat Perang Dunia kedua (contoh : Holocaust) sehingga orang Jerman berusaha menerima berbagai orang dari mana saja tanpa memandang ras. Berbeda juga dengan Indonesia yang masih ada saja beberapa orang yang mengolok-olok ras lainnya, tidak usah jauh-jauh dengan yang di luar negeri, yang berasal dari negeri sendiri saja masih ada yang diolok-olok.
   Sungguh cerita yang menarik, dan juga berisi berbagai pengetahuan baru, bahkan berkat itu saya menjadi lebih tertarik dengan Jerman, saya harap nantinya saya dapat menginjakkan kaki disana juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar