Rabu, 09 Desember 2020

Resensi : Saman


 Penulis : Ayu Utami
Genre : fiksi
Penerbit : Gramedia
Halaman : 206 Halaman
ISBN : 978-979-91-0570-7
   Novel karya Ayu Utami ini menceritakan kisah 4 sahabat dan seorang pria misterius yang bernama Saman. Cerita diawali dengan kisah Laila seorang fotografer yang jatuh cinta dengan seorang pria yang sudah beristri bernama Sihar, hubungan terlarang mengalami lika-liku yang rumit bahkan hingga harus berhubungan dengan orang yang pernah disukainya yang kini mengubah namanta menjadi Saman. Laila memiliki 3 orang sahabat, Shakuntala si suka memberontak, Yasmin yang terlihat sempurna namun juga memiliki masalah, Cok yang suka gonta ganti pasangan dan Laila sendiri adalah si perebut suami orang, walaupun tidak berakhir lancar.
   Novel ini juga menceritakan masa lalu Wisanggeni sebelum mengganti namanya menjadi Saman, kejadian yang dialaminya selama di Lubukrantau lah yang mengubah kehidupan Wisanggeni sepenuhnya, disana ia menjadi saksi nyata kekejaman perusahaan sawit, ia juga sempat mengalami dilema ketika dihadapi dengan seorang anak autis yang datang dari keluarga miskin, yang mana mau tak mau harus mengurung anak mereka di kandang, berangkat dari situ Wisanggeni mulai menyatu dengan warga Lubukrantau dan ikut mengatasi berbagai masalah yang dialami warga Lubukrantau.
   Ayu utami seorang penulis novel ini pernah mendapatkan penghargaan Dewan kesenian Jakarta 1998 serta penghargaan dari Belanda yaitu penghargaan Prince Clause Award. Novel ini sendiri merupakan novel pertama Ayu Utami yang terbit 10 hari sebelum pelengseran Presiden Soeharto, pada saat akan mengadakan pesta karena memenangkan penghargaan, Ayu Utami membatalkannya karena pada saat itu bertepatan dengan jatuhnya korban seorang aktivis, yang menurutnya tidak etis berpesta disaat berduka.
   Novel ini dibuat berdasarkan kekhawatiran-kekhawatiran Ayu Utami sejak kecil, dan isi dari novel ini hanya 50%nya yang direncanakan, sisanya berangkat dari imajinasi Ayu Utami, kekhawatiran-kekhawatiran Ayu Utami yang pada akhirnya ikut masuk kedalam novel ini cukup banyak, diantaranya pada saat masih muda, ia pernah memiliki seorang teman yang autis, ia berusaha berteman dengannya, namun ternyata temannya yang autis tersebut ternyata cukup dewasa dan sudah memiliki hawa nafsu seperti remaja pada umumnya, bedanya karena ia autis, ia terkesan tidak menahannya, Ayu Utami akhirnya cukup takut dengannya, pengalamannya tersebut akhirnya membentuk seorang karakter autis yang bernama Upi, seorang gadis autis yang masih memiliki nafsu seksual. Ayu Utami juga pernah meragukan keyakinan pada agamanya, yang akhirnya juga membentuk  karakter Saman. Salah satu alasan lain Ayu Utami menulis novel ini karena pada saat itu, media dibungkam dan akhirnya ia memutuskan menyalurkan protesnya melalui karya sastra yang akhirnya terlahirnya novel Saman yang berisi berbagai perlawanan ini.
   Ketika membaca bagian perjuangan Saman, novel ini terasa sangat nyata, bahkan saya sendiri sempat lupa bahwa ini adalah novel fiksi, karena konflik-konflik yang terjadi di dalamnya terasa sangat realistik, dan memang banyak terjadi saat itu, seperti penggusuran lahan untuk kebun sawit sendiri sampai sekarang masih kerap terjadi, jika dilihat dari keuntungannya, sawit sendiri sebenarnya memberi banyak kontribusi bagi perekonomian Indonesia bahkan juga menjadi salah satu penopang perekonomian, tapi jika dilihat dari jangka panjangnya, tanah yang sempat di tanami sawit cenderung akan kurang subur, sawit sendiri juga memakan lahan yang cukup lebar karena akarnya yang besar dan panjang bahkan berpotensi merusak bangunan sekitar.
   Untuk segi cover, novel ini menggunakan lukisan kaca yang menggambarkan seorang pria dan wanita atau Adam dan Hawa dan judul novel diatasnya, alasan mengapa cover tersebut digunakan antara lain karena hubungan antara Yasmin dan Saman, Yasmin sendiri merupakan wanita yang terus menerus menggoda Saman, bagaikan Hawa menggoda Adam. Dari isinya sendiri novel ini menggunakan alur maju mundur dan beberapa prespektif karakter dari novel tersebut, seperti Laila,Saman,Shakuntala dan Yasmin. Pada bagian awal novel ini memang dirasa sulit dipahami namun semakin berjalannya cerita, cerita berbagai karakter mulai terhubung dan akhirnya mencapai satu hubungan yang jelas antara satu karakter dengan karakter lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar