Senin, 14 Desember 2020

Individualis = Egois (?)


   Kali ini saya ingin menuliskan sesuatu mengenai individualis, egois dan apatis, pikiran tersebut datang setelah membaca perdebatan sekilas antara seseorang yang berkata bahwa individualis sudah pasti egois dengan seseorang yang menganggap individualis belum tentu egois. Perdebatan mereka berakhir dengan mereka saling memegang teguh pendapat masing-masing. Kira-kira orang mana yang benar?, jika diartikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) individualis memiliki 2 arti :

1. Orang yang tetap mempertahankan kepribadian dan kebebasan diri; penganut paham individualisme

2. Orang yang mementingkan diri sendiri; orang yang egois
   
 Arti yang ke 2 membuat saya cukup terkejut, karena kalimat itu datang langsung dari KBBI, jika berdasarkan pengamatan saya terhadap orang-orang individualis, saya lebih setuju dengan arti yang pertama dibandingkan yang kedua, bukan berarti yang kedua sudah  pasti salah, namun menurut saya itu terkesan mencap seluruh orang yang individualis pasti egois. Banyak orang berpendapat bahwa orang individualis tidak dapat bekerja sama dengan orang lain dan susah menerima pendapat orang lain, benarkah begitu?. Berdasarkan pengamatan saya terhadap seorang teman saya yang individualis, ia memiliki caranya sendiri dalam bekerja sama dengan orang lain, ia akan mengambil pekerjaan yang sekiranya bisa dikerjakan sendiri namun dengan persetujuan bersama, normalnya ia akan berusaha sekeras mungkin dengan saling mengemukakan pendapat dengan lainnya agar mencapai keputusan bersama yang akan saling menguntungkan. Apakah hal tersebut dapat Dikatakan egois? saya rasa tidak, karena ia mendapatkan pekerjaan tersebut bukan melalui paksaan atau hanya demi keuntungannya sendiri, melainkan dengan musyawarah dan keputusan bersama.
   Lalu mengapa banyak yang beranggapan seorang individualis pasti egois?, sebenarnya anggapan tersebut merupakan anggapan umum yang terdapat di Indonesia. Beda halnya dengan Jepang, yang mana di negara tersebut banyak sekali yang menjunjung individualisme. Di Jepang sendiri individualisme semakin menyebar pasca perang dunia kedua, disebabkan oleh banyaknya korban perang  cacat yang tidak mau diurus oleh keluarganya karena faktor ekonomi jepang yang saat itu hancur-hancurnya dan ternyata hal tersebut terus berlanjut hingga saat ini, pada awalnya tentu akan berkesan sangat egois, namun jika dilihat hasilnya saat ini Jepang merupakan negara yang maju berkat individualisme tersebut, dan tentunya kali ini individualisme tersebut dipicu oleh yang berbeda dibandingkan pasca perang dunia kedua selesai, kali ini individualisme di Jepang dipicu oleh keinginan setiap orang disana agar dapat berdiri sendiri tanpa merepotkan kerabat mereka, dan ternyata keputusan tersebut menghasilkan individu-individu di jepang yang mandiri, dan siap bekerja bahkan saat masih menempuh pendidikan menengah atas, selain memberikan keuntungan terhadap keluarga hal tersebut juga memberikan keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain.
   Contoh lainnya adalah Amerika Serikat, di Amerika nyaris seluruh anak yang telah lulus SMA akan diusir dari rumah, dan diwajibkan memiliki tempat tinggal dan pekerjaan sendiri, keputusan tersebut bukan didasarkan oleh rasa benci, namun agar sang anak tersebut dapat menjadi mandiri, dan ternyata hasilnya memang luar biasa, dapat kita ketahui sendiri bahwa kualitas individu di Amerika berkualitas dan Amerika sendiri menjadi negara yang maju berkat kebiasaan tersebut.
   Bagaimana dengan Indonesia?, Mengapa Indonesia justru terkesan menolak budaya individualisme yang ternyata sebenarnya menghasilkan dampak yang sangat baik bagi diri sendiri, orang lain dan negara?, sampaikan pendapat kalian di kolom komentar mengenai pertanyaan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar