Selasa, 22 Desember 2020

Pandangan Buruk Terhadap Musik Cadas


     Musik cadas kerap kali diasosiasikan dengan pemuja setan dan berbahaya. Saya rasa stereotip tersebut akan terus tertanam selama masih ada yang tidak mau memahami lirik dari berbagai lagu band cadas, mungkin akan lebih lama dari masa jabatan Kim Jong Un. Sebagai seorang penikmat musik cadas, tentu saja saya merasa sangat gelisah dengan stereotip tersebut. Hingga akhirnya saya memutuskan menumpahkan aspirasi saya pada tulisan ini.
   Kecintaan saya sendiri terhadap musik cadas telah berkembang sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Yang mendasari kecintaan saya adalah band  yang saya temukan secara tidak sengaja, yaitu Megadeth. Pernah pada suatu saat saya mendengarkan salah satu lagu Lamb of God yang berjudul Symphony of Destruction, saat itu ada yang berkata bahwa saya mendengarkan lagu satanis. Saya tertawa kecil saat itu, karena lagu yang saya dengarkan  tersebut “Symphony of Destruction” memiliki lirik yang sama sekali tidak ada unsur satanisme, justru lagu tersebut memiliki lirik yang menceritakan seorang pemimpin yang dikendalikan oleh suatu organisasi, serta tidak hanya mengenai pemimpin tersebut tapi juga pengikutnya yang mendewakannya hingga dapat menyebabkan kehancuran, sesuai dengan judul lagunya “Symphony of Destruction. Sehubungan dengan hal tersebut, banyak sekali yang beranggapan musik cadas adalah musik satanis juga karena pengaruh ucapan seseorang yang menyebabkam satu persatu orang ikut beranggapan demikian tanpa mengetahui faktanya.
    Sebenarnya apa sih yang menyebabkan musik cadas mendapatkan stigma negatif?, kemungkinan besar karena nada yang digunakan dan teriakan yang dilontarkan oleh sang vokalis band cadas, teriakan tersebut akan cenderung dianggap buruk bagi bukan penikmat musik cadas. Selain itu, banyak sekali band cadas yang berpenampilan serba hitam dan beratribut dengan berbagai hal yang berhubungan dengan kematian seperti tengkorak dan sebagainya. Padahal, dibalik teriakan-teriakan dan penampilan serba hitam tersebut tersebut terdapat lirik yang penuh arti dan tentunya tidak selalu mengenai pemujaan setan dan hal-hal yang kejam. Berbagai lagu cadas bahkan membahas berbagai hal yang mungkin tidak banyak orang sadari, seperti kritik  yang diungkap oleh Megadeth melalui “ Symphony of Destruction”, Slipknot melalui “Psychosocial”, atau System of a Down melalui “Toxicity” yang menceritakan mengenai pedihnya kehidupan di Armenia. 
    Memang benar ada band musik cadas yang secara terang-terangan menganut satanisme, tapi benarkah dengan demikian musik cadas dapat diasosiasikan dengan satanisme?, saya rasa tidak  karena bisa dibilang hanya sebagian kecil dari band cadas yang menganut satanisme. Bahkan cukup  banyak band cadas yang anti-satanis, seperti band Tengkorak yang justru menyuarakan kecintaan terhadap agama islam, mereka juga kerap memasukkan nuansa-nuansa islami kedalam lagu-lagu mereka.
   Banyak sekali band cadas yang tidak hanya membuat lagu hanya untuk didengarkan saja, namun juga untuk wadah kritik mereka dan kegiatan amal. Seperti Rage Against The Machine,  lagu-lagu yang mereka nyanyikan penuh dengan kritikan terhadap pelaku rasisme terutama polisi. Rage Against The Machine juga pernah mengadakan konser dan menyumbangkan hasil pendapatan tiketnya untuk memerangi kapitalisme. Namun, tetap saja ada yang beranggapan buruk terhadap musik cadas dan penikmatnya.
    Saat para penikmat musik cadas menikmati konser secara langsung pun juga kerap kali ada saja yang merasa takut dan beranggapan buruk, sekumpulan penikmat cadas ketika mendatangi konser cenderung akan dihindari oleh orang lain, karena anggapan sekilas mereka terhadap pakaian penikmat musik cadas yang seakan-akan memberi kesan berbahaya. Begitu juga dengan gerakan-gerakan yang dilakukan penikmat musik cadas saat menikmati konser, seperti headbang. Banyak yang beranggapan gerakan tersebut seperti kesetanan, padahal mereka hanya mengikuti irama dari musik yang mereka dengarkan, tidak ada bedanya dengan penikmat musik dangdut yang menari mengikuti irama musik dangdut. Selain Headbang ada juga crowdsurf, saking buruknya anggapan terhadap gerakan tersebut, sampai-sampai dibeberapa konser gerakan tersebut dilarang keras. Mereka beranggapan bahwa gerakan tersebut sangat membahayakan karena melempar-lempar orang yang melakukan crowdsurf seacara sembarangan. Faktanya, crowdsurf tidak dilakukan dengan melempar-lempar, lebih tepatnya mengoper, entah menuju kepinggir atau kebelakang agar saling bergantian. Saat turun pun juga tidak langsung dijatuhkan, tapi diturunkan secara perlahan melalui kaki terlebih dahulu. Saya sendiri pernah melakukan crowd surf dan saya tidak terluka sedikit pun seusai melakukannya. 
   Sebenarnya banyak sekali penikmat musik cadas yang berkebalikan dengan anggapan orang awam terhadap penikmat musik cadas.  Salah satu contohnya adalah  presiden kita, Jokowi. Pak Jokowi merupakan seorang penikmat musik cadas bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai presiden. Pak Jokowi mengaku menyukai band cadas, seperi Lamb of God, Deep Purple dan Sepultura. Ia bahkan telah menyukai musik cadas semenjak duduk di bangku Sekolah menengah pertama, bahkan saat duduk di bangku sekolah menengah atas ia menggondrongkan rambutnya guna mengikuti tren para penikmat musik cadas saat itu. Lalu, apakah lantas pak Jokowi dapat dikatakan memuja setan dan berbahaya?, tentu saja tidak. Ia merupakan seorang yang agamis dan berpendidikan, sangat berbanding terbalik dengan stereotip orang awam terhadap penikmat musik cadas.
   Pada akhirnya, musik cadas tidak dapat dicap sebagai musik pemuja setan dan berbahaya. Karena realitanya banyak sekali band cadas yang sama sekali tidak menyinggung perihal satanisme, begitupula dengan penikmatnya yang ternyata sangat berkebalikan dengan stereotip tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar