Sabtu, 12 Desember 2020

Les Fleurs du mal


  Kali ini saya ingin membicarakan sedikit mengenai buku yang sedang saya baca dan nikmati akhir-akhir ini buku tersebut adalah buku antologi puisi karya Charles Baudelaire yang berjudul Les Fleurs du mal , pada awalnya saya ingin membaca buku tersebut versi terjemahan bahasa Indonesianya, namun yang saya temukan hanya versi asli yaitu bahasa Prancis dan versi terjemahan bahasa Inggrisnya, akhirnya saya memutuskan membaca versi terjemahan bahasa Inggrisnya.
  Kumpulan puisi yang terdapat di buku ini tergolong unik dan jarang saya temukan, jika ditanya mengapa, jawabannya adalah karena bahasanya yang erotis dan sesuai judulnya yang memiliki arti “bunga bunga kejahatan” bahkan pada saat masa awal diterbitkan, terdapat 6 puisi yang dilarang oleh pemerintah karena dianggap terlalu erotis. Sebagian besar puisi di buku antologi puisi tersebut ditulis oleh Charles Baudelaire saat ia pada masa mudanya yang mana ia merasa banyak hal terjadi disekitarnya yang tidak sesuai dengan keinginannya, akhirnya ia memutuskan menuliskan puisi untuk mengeluarkan hasrat terpendamnya dan imajinasi liarnya yang berkesan jahat.
  Salah satu puisi yang saya sukai di antologi puisi tersebut adalah

The Happy Corpse
In a rich land, fertile, replete with snails
I'd like to dig myself a spacious pit
Where I might spread at leisure my old bones
And sleep unnoticed, like a shark at sea.
I hate both testaments and epitaphs;
Sooner than beg remembrance from the world
I would, alive, invite the hungry crows
To bleed my tainted carcass inch by inch.
O worms! dark playmates minus ear or eye,
Prepare to meet a free and happy corpse;
Droll philosophes* children of rottenness,
Go then along my ruin guiltlessly,
And say if any torture still exists
For this old soulless corpse, dead with the dead!
  
Walaupun saya masih belum benar-benar dapat mengartikan suatu puisi, tapi saya merasakan puisi tersebut sangat indah dan unik. Puisi tersebut seakan menggambarkan keinginan terpendam Charles Baudelaire pada masa mudanya, ia sendiri telah kehilangan ayahnya semasa kecil dan akhirnya ibunya menikah kembali, ia sendiri tidak suka dengan keputusan ibunya sendiri dan akhirnya menjadi pemuda yang individualis dan seakan akan ia bahkan ingin menggali kuburannya sendiri dan mati tanpa disadari seperti yang ditulisnya di puisi yang berjudul “The Happy Corpse” tersebut.
   Saya sendiri pertama kali mendengar nama Charles Baudelaire ketika saya menemukan quotesnya secara tidak sengaja, yang berbunyi “One should always be drunk. That's all that matters...But with what? With wine, with poetry, or with virtue, as you chose. But get drunk.” Berangkat dari situ akhirnya saya mulai mencari mengenai identitas Charles Baudelaire dan ternyata karyanya yang sangat terkenal adalah “Les Fleurs du mal” namun pada saat itu saya tak menemukan bukunya dan justru berujung menemukan komik jepang dengan judul yang serupa dan memiliki kisah yang berawal dari buku tersebut. Setelah sekian lama akhirnya saya mencoba mencari kembali hingga akhirnya menemukannya, hingga tulisan ini dibuat saya belum menyelesaikan membaca buku tersebut, namun saya sudah dapat merasakan keindahan berbagai puisi yang terdapat di buku tersebut.
   Jika nantinya saya selesai membaca buku tersebut dan merasa suka dengan puisi yang dibuatnya, mungkin saya akan berencana membaca bukunya yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar