Sabtu, 01 Mei 2021

Resensi : Catatan Perang Korea




Penulis : Mochtar Lubis
Genre : non-fiksi
Penerbit  : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : Edisi 2 Cetakan 1
Halaman : xxviii + 154 halaman        
ISBN : 978-979-461-771

Catatan Perang Korea merupakan buku yang dihasilkan berdasarkan pengalaman Mochtar Lubis selama masa penugasannya untuk meliput Perang Korea pada tahun 1950 yang mana ditugaskan langsung oleh PBB. Mochtar Lubis merupakan seorang wartawan asal Indonesia yang bahkan telah berperan dalam dunia tersebut semenjak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bahkan kualitasnya dapat disandingkan dengan wartawan asing, terbukti dari penghargaan Masgsaysay yang diterimanya berhasil mengantarkannya ke Korea hingga akhirnya terbentuklah buku Catatan Perang Korea.

Buku Catatan Perang Korea merupakan buku yang menceritakan perjalanan Mochtar Lubis selama meliput perang yang terjadi di Korea pada tahun 1950. Ia menceritakan berbagai hal, dari pengalamannya bersama tentara dan wartawan yang ditugaskan disana, hingga dampak terhadap masyarakat yang terdampak perang. Dari buku ini pada akhirnya Mochtar Lubis sampai pada kesimpulan bahwa perang bukanlah suatu solusi yang baik, perang merupakan hal yang dapat mengiris kemanusiaan, terbukti dari sekumpulan rakyat Korea yang ia temui saat itu.

Penekanan Mochtar Lubis di buku Catatan Perang Korea terhadap kemanusiaan merupakan hal yang unik, karena pada umumnya yang di liput pada masa peperangan merupakan propaganda atas sekumpulan pasukan yang bertugas disana, sedangkan Mochtar Lubis mengambil dari sisi yang berbeda dan jarang terjamah oleh wartawan lainnya.

Dampak dari perang yang diberitakan umumnya mengenai kerusakan secara fisik serta tentara yang ditugaskan itu sendiri. Jarang sekali berita mengenai perasaan rakyat ataupun kondisi non-fisik ditekankan. Media kerap kali menekankan apa yang nampak secara visual, hal yang terus berlangsung tersebut akan menyebabkan audiens hanya berfikir mengenai visualnya saja dan mengesampingkan yang non-visual.

Oleh karena itu, buku yang disampaikan oleh Mochtar Lubis ini dapat dibilang unik, karena ia mencampur aduk sesuatu secara yang nampak (visual) serta yang tidak nampak (non-visual), sehingga pembaca buku ini dapat lebih merasakan kejadian-kejadian yang disampaikan oleh penulis.

Sampul yang terdapat di buku ini juga nampak cukup menarik, selain menampilkan sang penulis Mochtar Lubis itu sendiri, sampul dari buku ini juga menampilkan backgound dibalik foto Mochtar Lubis yang mana menampilkan bangunan yang hancur serta gosong karena dampak perang, serta seseorang yang tampak kumal dan tertutup oleh debu. Sampul yang digunakan dalam buku ini semakin menguatkan isi dari buku ini sendiri yang mana sebagian besar menceritakan mengenai dampak dari perang.

Gaya penulisan yang digunakan Mochtar Lubis dibuku ini dapat dibilang mudah dipahami, selain dari runtutnya peristiwa yang ia jabarkan dalam buku ini, Mochtar Lubis juga secara berhasil menyulap kejadian sejarah yang notabene tidak dapat dengan mudah dipahami karena berbagai latar belakang tiap tokoh serta lokasi dan runtutan peristiwa yang tidak banyak diketahui menjadi mudah dipahami dengan caranya yang menyelipkan informasi beserta fakta-fakta mengenai berbagai tokoh dan lokasi isepanjang tulisan dibukunya ini.

Sayangnya Mochtar Lubis memberi akhir yang berkesan anti-klimaks dibukunya yang satu ini, karena ia tidak benar-benar menceritakan konflik perang Korea hingga tuntas, bahkan tidak sampai Mochtar Lubis itu nenyelesaikan tugasnya disana dan  kembali ke Indonesia. Selain itu apa yang disampaikan di buku Catatan Korea ini terlalu padat serta tidak berisi banyak informasi, sehingga pembaca akan merasa ada sesuatu yang kurang dari buku ini.

Secara keseluruhan, walaupun terlalu padat dan tidak menceritakan secara komplit, buku ini tetap sangat layak dibaca terutama bagi kalangan pelajar, karena buku ini sendiri menampilkan sisi lain dan pemicu dari Korea selatan dan Korea utara saat ini, yang mana kedua negara tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri, Korea Selatan dengan industri hiburannya, dan Korea Utara dengan negaranya yang tertutup. Di buku ini kedua hal tersebut akan terbedah dan nampak kepada pembaca hal-hal yang memicu serta sisi lain dari kedua sisi negara tersebut yang jarang diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar