Minggu, 02 Mei 2021

Resensi : Orang Asing


Penulis : Albert Camus
Genre : fiksi
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Halaman : 124 halaman
ISBN : 978-979-461-862-2

Novel karya Albert Camus sastrawan asal Perancis yang satu ini merupakan novel yang menggambarkan konsep absurdisme melalui kisah karakter utamanya, Mersault. Kisah diawali dengan Mersault yang mendapati kabar bahwa ibunya telah wafat dari panti jompo tempat ibunya dititipkan olehnya, mendapati kabar tersebut, reaksi yang aneh muncul dari Mersault, tidak seperti kebanyakan ia justru tidak merasa berduka dan menganggap kematian ibunya biasa saja, dari situlah mulai cerita dimulai dimana pandangan orang lain terhadapnya semakin menganggapnya aneh sepanjang jalannya cerita.

Tokoh Mersault yang Albert Camus tulis dalam cerita ini merupakan sosok gambaran dari absurdisme itu sendiri, terlihat dari caranya menyikapi  sesuatu yang berbeda dengan orang secara umum. Begitu pula dengan diri Mersault yang merasa dirinya sebagai pengamat kehidupan orang-orang lain, yang menyebabkannya merasa seperti menjadi orang asing yang menolak kehidupan sebagaimana umunnya, dengan tindakan-tindakannya yang berbeda dan penyikapan terhadap kehidupan yang dianggapnya tidak berharga.

 Albert Camus juga secara implisit menulis bahwa nilai moral yang terdapat dimasyarakat tidak selamanya dapat digunakan untuk seluruh orang. Seperti Mersault yang dihakimi dengan oleh orang-orang dengan dalih moralitas.

Pemikiran Albert Camus yang unik  juga berhasil menjadikan novel Orang Asing sebagai novel pertamanya penghargaan nobel berkat pemikirannya mengenai absurdisme. Begitu pula gaya penulisan Albert Camus yang cukup berbeda dengan kebanyakan penulis pada masanya, yang mana kebanyakan penulis Prancis pada masa itu lebih dominan yang menceritakan tokoh yang bourjois tidak seperti Albert Camus yang menceritakan tokoh dengan keterbatasan ekonomi.

Sayangnya, cerita yang hanya terbungkus dalam 124 halaman saja ini menyebabkan cerita dari novel kurang tereksplor, seperti kisah Mersault yang terasa kurang komplit dan meluas sehingga cerita berkesan tergesa-gesa karena seharusnya masih bisa dieksplor lebih jauh, begitu pula dari tokoh lainnya yang hanya mendapat porsi sedikit seperti tetangga-tetangga mersault, Marie dan Ibunya sendiri yang mana hanya diceritakan sedikit dari sudut pandang beberapa karakter saja.


Sampul dari novel ini juga tidak kalah absurdnya dengan kisah yang disajikan, dengan pewarnaan yang sangat cerah dan gambaran abstrak dapat menyebabkan pembaca lebih tertarik dengan isinya. Gambar sesosok yang terletak di tengah sampul tampak mirip dengan Sishypus yang mana merupakan simbol dari absurdisme, namun bedanya yang terletak di sampul merupakan versi abstraknya.

Penggunaan simbol absurdisme sebagai sampul merupakan hal yang tepat, karena kisah Sishypus sendiri merupakan bentuk absurdisme, Sishypus merupakan tokoh mitologi yang mendapati hukuman mendorong batu kepuncak gunung secara berulang-ulang karena pada akhirnya jatuh kembali. Tindakannya yang sia-sia merupakan hal yang mirip dengan apa yang dipikirkan Mersault bahwa hidup tidak bermakna dan hanya kesia-siaan saja.

Novel ini sangat layak dibaca selain karena sampulnya, isi dari novel ini juga dapat memberi dampak besar terhadap pembaca mengenai berbagai hal, salah satunya yaitu konsep moralitas itu sendiri, berbagai kejadian yang terdapat di novel ini dapat menyebabkan pembaca mempertanyakan kebenaran dari konsep moralitas yang diterapkan secara umum tersebut, karena penerapannya yang justru dapat menjadi alat untuk menjerumuskan orang lain seperti apa yang dialami Mersault yang mana dituduh segala macam hal karena tidak merasa berduka ketika menghadiri kematian ibunya.

Walaupun begitu, novel ini kurang cocok dibaca bagi mereka yang sedang merasa tertekan atau ditik buruk dalam hidupnya, karena kisah yang disampaikan dalam novel ini berkesan kelam sehingga dapat menyebabkan pembaca yang sedang dalam kondisi demikian mengambil langkah yang salah setelah membaca novel ini.

Target pembaca yang paling cocok dengan novel ini adalah mahasiswa atau pekerja, selain karena isinya yang terlalu sensitif bagi pelajar yang masih mengenyam pendidikan wajib, novel ini juga dapat memberikan pembacanya pandangan baru mengenai penyikapan terhadap konsep moral dan hidup. Namun, karena penyampaiannya yang terkesan kelam menyebabkannya pemahaman yang cukup untuk mengartikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar