Kamis, 20 Mei 2021

Resensi : Kekerasan Budaya Pasca 1965


Penulis : Wijaya Herlambang
Genre : non-fiksi narasi
Penerbit : Marjin Kiri
Halaman : XIV + 334 halaman
ISBN : 978-979-1260-26-8

Buku Kekerasan Budaya Pasca 1965 merupakan buku karya Wijaya Herlambang yang berisi mengenai bagaimana pemerintah Orde Baru melegitimasi anti-komunisme pada saat itu melalui berbagai media, salah satunya melalui sastra. Wijaya membawakan hal tersebut melalui narasi yang menceritakan kejadian hingga terbentuknya hal tersebut secara runtut.

Upaya pemerintah Orde Baru dalam melegitimiasi anti-komunisme merupakan hal yang terjadi karena kejadian 1965 yang menimbulkan trauma hebat bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia itu sendiri, pelegitimasian tersebut secara umum dianggap sebagai cara untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Namun, dibalik kekhawatiran tersebut, terdapat hal negatif yang timbul akibat hal tersebut, yaitu pembenaran atas hal yang tidak seharusnya dibenarkan.

Upaya pemerintah tersebut pada pertama kalinya terjadi ketika Yayasan Obor Indonesia menerbitkan buku terjemahan tulisan-tulisan Albert Camus yang dikemas dengan judul Krisis Kebebasan dengan pengantar Goenawan Muhammad, hal tersebut berhasil membentuk Ideologi anti-komunisme.

Hal lainnya yang semakin mendukung terbentuknya legitimasi tersebut adalah bagaimana pemerintahan pada saat itu memanfaatkan berbagai cerita pendek yang diterbitkan mengenai kejadian 1965 sebagai alat untuk membenarkan perlakuan mereka yang membantai pengikut (dan diduga) komunis secara semena-mena.

Dan yang paling tampak adalah melalui film dan novel Pengkhianatan G30S/PKI yang mana secara terang-terangan mengubah fakta demi memperkuat kesan anti-komunisme dan memperkuat pula posisi pemerintahan pada masa Orde Baru dengan membuat PKI sebagai setan dan pemerintah Orde Baru sebagai pahlawannya, salah satu hal yang nampak kecil namun memberi kesan yang besar adalah penggambaran Aidit sebagai perokok yang mana sebenarnya Aidit bukanlah seorang perokok, bahkan cukup anti dengan rokok. Namun, film tersebut mengubahnya agar memberi kesan Aidit sebagai tokoh pemikir dan kotor.

Penggambaran lainnya yaitu beberapa bagian baik pada novel dan film yang menampilkan PKI seburuk-buruknya dengan secara implisit menggambarkan PKI sebagai penyebab kemiskinan, hingga menggambarkan PKI yang merobek-robek Al-Quran yang mana berkesan bertujuan untuk menarik perhatian pembaca ataupun penonton beragama Islam, hal tersebut merupakan tindakan yang sangat buruk karena memperalat agama untuk kepentingan politik.

Hal lainnya adalah dengan memposisikan pihak militer saat itu sebagai pihak pahlawan yang sangat patriotis, salah satunya adalah dimana adegan pencuilakan yang mana sebenarnya juga dilakukan oleh pihak militer pula diubah seakan-akan segala penculikan merupakan hal yang dilakukan oleh PKI atau simpatisan PKI dan tidak ada campur tangan dari pihak militer.

Buku ini secara isi memiliki isi yang sangat layak untuk dibaca, karena berisi sejarah yang sering diungkit namun dari sisi yang berbeda, ketakutan yang berlebih pada komunisme di buku ini dijelaskan secara rinci apa saja yang menyebabkan dan dampak apa yang ditimbulkan karenanya, penulis juga secara berani membeberkan fakta-fakta yang tidak banyak diketahui namun sulit untuk dipublikasikan karena ketakutan berlebih pada komunisme yang mana bisa saja menimbulkan hal yang berbahaya bagi penulis, namun upayanya dalam menulis dan mempublikasikan hal tersebut sangat layak untuk diapresiasi.

Selain itu, sang penulis berhasil membawakan cerita tersebut secara rinci dan nyaman untuk dibaca dengan gaya narasinya. Walaupun mencantumkan berbagai nama tokoh dan berbagai organisasi, penulis berhasil menuliskan nama-nama tersebut tanpa menyebabkan pembaca kebingungan, hal tersebut juga didukung oleh pihak penerbit yang juga menuliskan berbagai singkatan dari berbagai nama-nama dibuku ini disekitar halaman awal.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh mahasiswa, karena buku ini akan menampilkan hal yang tidak banyak diketahui, sehingga sangat cocok untuk dibaca mereka-mereka yang sedang dalam masa rekontruksi pemikiran, yang mana buku ini sangat cocok untuk hal tersebut. Diharapkan dengan dibacanya buku ini dapat memperluas dan menimbulkan pemikirin kritis bagi pembacanya, terutama mahasiswa yang sedang dalam masa-masa penuh kebebasan dan dapat memberi dampak besar di masyarakat melalui tindakan-tindakan mereka yang beragam, baik secara gerakan fisik maupun non-fisik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar