Minggu, 07 Maret 2021

Resensi : Atheis

Pengarang : Achmad k. Mihardja
Genre : fiksi
Penerbit : Balai Pustaka
Halaman : 232 halaman
ISBN : 979-407-185-4

Novel karya Achmad K. Mihardja yang terbit pertama kali pada tahun 1949  ini merupakan novel yang menceritakan kehidupan seorang tokoh yang bernama Hasan. Hasan di novel ini digambarkan sebagai seseorang yang agamis dan berasal dari keluarga yang agamis pula, namun kepercayaannya terhadap agamanya perlahan memudar semakin berjalannya waktu semenjak pertemuannya dengan seorang pria yang bernama Rusli, sejak saat itulah kehidupan Hasan berubah secara drastis.

Tidak hanya bercerita mengenai Hasan, novel ini juga menceritakan berbagai tokoh disekitar Hasan dengan karakter yang kuat, Achmad K. Mihardja tidak hanya sekadar menambahkan karakter, tetapi juga memberi setiap karakternya latar belakang yang kuat sehingga para pembaca dapat merasakan karakter-karakter yang dituliskan oleh Achmad K. Mihadrja di novel Atheis ini. Dari Hasan yang agamis namun perlahan  terombang-ambing, Rusli yang pandai berbicara dan mempengaruhi, Anwar sang aktivis berjiwa bebas hingga Kartini seorang wanita yang mandiri.

Novel terbitan tahun 1949 ini merupakan novel yang sangat menarik baik dari segi cerita maupun penokohannya, setiap lembarnya seakan mengajak para pembaca untuk memikirkan kembali apa yang selama ini diyakini, yang mana dalam novel ini ditekankan pada segi teisme. Isu yang ditulis di novel ini pun merupakan isu yang jarang dibahas pada novel umumnya, mengingat isu yang ditulis di novel ini merupakan isu yang sukar dibahas karena dianggap tabu. Namun, Achmad K. Mihardja secara berani membawakan hal yang dianggap tabu tersebut yang dikemas dalam novel  berjudul Atheis ini.

Dari segi cover, novel ini memiliki cover yang didominasi oleh warna hijau dengan judul berwarna kuning dan beberapa garis berwarna merah yang nampak seperti bercak darah. Warna hijau disini mempresentasikan agama yang dipeluk oleh Hasan (Agama Islam), karena warna hijau sendiri merupakan warna kesukaan nabi besar Muhammad SAW. Sedangkan warna merah menggambarkan kondisi Hasan yang semakin kehilangan kepercayaan terhadap agama yang dipeluknya.

Secara simbolis, cover dari novel ini  tampak cocok dengan isi novel, terutama setelah membaca buku. Namun Sayangnya, pengguna warna yang pekat dan warna merah yang tampak seperti bercak darah tersebut tentunya akan menyebabkan calon pembaca merasa kurang nyaman dengan tampilan cover mengerikan yang disajikan sehingga memungkinkan calon pembaca memutuskan untuk tidak membacanya. Bisa dibilang cover yang terdapat pada novel ini cenderung dapat terlihat menarik hanya setelah membaca seluruh cerita dari novel ini, sebaliknya cover yang disajikan pada novel ini akan tidak tampak menarik bagi calon pembaca yang tidak tahu sama sekali cerita yang terdapat pada novel ini.

Terlepas dari kekurangannya, novel ini memiliki bahasa yang sangat mudah dipahami walaupun terbit pada tahun 1949, berbeda dari kebanyakan novel yang terbit pada sekitar waktu novel ini terbit. Bahkan walaupun telah lama terbit, isu yang dibawa dalam novel ini merupakan isu yang masih relevan bahkan dalam kehidupan saat ini, 70 tahun setelah novel ini pertama diterbitkan. Begitu pula dengan alur maju mundur yang digunakan oleh Achmad ΔΆ. Mihardja, walaupun menggunakan alur maju mundur yang cenderung sulit untuk dipahami, alur maju mundur dari novel Atheis ini justru sangat mudah dipahami. Penggambaran dari latar dan tokoh di novel ini juga sangat mendetail, apalagi ditambah dengan beragam sudut pandang yang ada menyebabkan pembaca dapat benar-benar mengetahui apa yang dirasakan oleh berbagai karakter dalam novel yang berjudul Atheis ini.

Novel Atheis ini  sangat cocok dibaca karena isu tidak umum yang dibawakannya, serta isi dari cerita yang menyebabkan para pembacanya akan menanyakan kembali segala sesuatu hal yang telah lama dipercayai, terutama bagi para pembaca yang sedang dalam masa pencariannya dalam beragama, novel ini tentu saja akan sangat membantu para pembaca agar tidak meyakini secara dogmatis, melainkan meyakini karena pencarian disertai bukti yang menguatkan kepercayaan dalam agama yang dipeluk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar