Kamis, 14 Januari 2021

Pohon dan Sampah


   Pohon dan sampah, permasalahan besar yang datang dari hal kecil. Mengapa begitu? Perihal sampah seringkali dianggap sepele oleh berbagai orang, ada yang beranggapan cukup dibuang semua beres, ada juga yang membuang ala kadarnya/membuang sembarangan semau mereka. Diantara kedua anggapan diatas, tentu saja lebih baik yang diatas walaupun memang begitu saja belum cukup. Begitupula dengan pohon, daripada sebagai pemasok udara bersih, air ataupun pencegah longsor, pohon lebih sering dianggap sebagai hiasan jalan atau hanya untuk dimanfaatkan nilai ekonlmisnya. Yang menjadi pertanyaannya apa yang menjadi permasalahan dan bagaimana solusinya?.
   Permasalahan dari kedua hal diatas bisa dibilang besar. Yang pertama sampah, jika sampah dibiarkan dibuang sembarangan, tetany akan semakin menumpuk dan menimbulkan berbagai permasalahan, jika dibuang di pinggir jalan tentu akan semakin merembet ke jalanan jika terus menerus dibiarkan, jika di dekat sungai ataupun daerah hutan akan mengganggu ekosistem yang ada, bahkan di beberapa tempat di temukan hewan memakan sampah seperti sapi atau kambing. Yang kedua pohon, seperti yang saya tulis diatas, jika pohon hanya berfungsi sebagai hiasan atau hanya dimanfaatkan secara ekonomis juga tidak bagus. Seperti pohon bakau yang sering ditebang berlebihan karena kayunya yang kokoh, padahal dampak yang di timbulkan jika ditebang berlebihan dapat menyebabkan longsor yang mana sangat merugikan.
    Sebenarnya solusi untuk permasalahan diatas tidaklah sulit, itu jika setiap individu sadar dan mau berkontribusi, sayangnya tidak setiap indvidu mau atau bisa melaksanakannya, bahkan walaupun ada penggeraknya. Contohnya apa yang dialami oleh Sandi Adam atau akrab dipanggil Kang Sandi. Dia merupakan pejuang lingkungan serta salah satu pengurus Bank sampah. Banyak permasalahan yang telah dia hadapi dalam menjaga lingkungan, salah satunya adalah dalam mengelola Bank sampah, untung menjalankan bank sampahnya ia perlu kontribusi masyarakat sekeliling agar memisahkan sampah organik dan non-organik. Sekilas terlihat mudah, namun ada saja yang masih enggan memilah sampahnya sendiri. Permasalahan lainnya adalah ketika dia dan beberapa orang yang membantunya memutuskan menanam 5000 pohon lebih disuatu daerah dekat sungai yang sampahnya telah menumpuk, mereka menanam di atas sampah yang menumpuk yang bahkan hingga melebiha 3 meter tumpukannya, sekilas terdengar aneh, namun mereka benar-benar menanam diatas tumpukan sampah yang ternyata memang berhasil tumbuh berkat campuran organik yang terdapat di dalam sampahnya, sayangnya yang menjadi permasalahannya adalah penolakan dari warga yang tidak terima “tanah mereka” (yang sebenarnya tanah milik pemerinrah daerah) ditanami pohon yang mana tujuannya mencegah tanah longsor menimpa perumahan mereka dan juga untuk menahan air agar dapat mendapat pasokan air ketika dibangun sumur. Yang mana berujung pada pohon-pohon yang tidak terawat dan ditebang sembarangan.
   Untuk mewujudkan permasalahan lingkungan memang memerlukan peran antara pemerintah dan masyarakat, yang sayangnya hingga saat ini keduanya masih minim tindakan. Sosialisasi berperan penting dalam hal ini, untuk mengajak masyarakat mulai sadar akan lingkungannya, namun itu saja masih belum cukup, karrena masih saja ada yang kolot dan sebagainya. Terdapat pula solusi unik yang pernah saya dengar, yang mana cukup ampuh. Yaitu dengan mencap daerah perpohonan atau beberapa tempat yang menjadi target pembuangan sampah secara liar dengan sebutan “angker”. Hal tersebut akan mengurangi penebangan liar dan pembuangan sampah secara liar di daerah yang di cap “angker” tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar