Jumat, 18 Juni 2021

Resensi : Pemberontak



Penulis : Albert Camus
Genre : Antologi Esai
Penerbit : Narasi dan Pustaka Promethea
Halaman : 576 Halaman
ISBN : (10) 979-168-544-4

 Albert Camus merupakan seorang yang menggagas filosofi absurdisme ditengah meluasnya nihilisme, hal itu dapat kita amati pada berbagai bukunya seperti Orang Asing ataupun Pemberontak. Albert Camus merupakaan seseorang yang lahir di Prancis pada tahun 1913 dan pernah mendapatkan penghargaan nobel pada tahun 1957. 

Pemikiran Albert Camus terkait absurdisme timbul karena perjalanan hidupnya yang penuh persimpangan, dari dirinya yang dikenal sebagai womaniser, dikhianati, mengikuti partai kiri dan banyak kejadian lainnya yang menimbulkan cara berpikirnya tersebut. Absurdisme bisa dibilang merupakan pencarian manusia atas sesuatu yang pada akhirnya berujung tak bermakna.

Di bukunya yang berjudul Pemberontak ini, berkisar sesuai judulnya itu sendiri yang disajikan dalam bentuk antologi esai, ia memberikan berbagai perumpamaan didalamnya. Banyak yang menganggap apa yang ditulisnya di buku tersebut merupakan gambaran situasi Eropa, padahal jika dicermati hal tersebut juga dapat menggambarkan situasi diluar Eropa, ambil contoh esainya yang membicarakan terkait revolusi.

Di esainya tersebut Albert Camus membandingkan antara pemberontak dengan revolusionis, ia menganggap keduanya hal yang bisa bersinggungan serta dalam posisi yang berbeda tidak bersinggungan. Albert Camus turut menuliskan bahwa revolusi Justru dapat menimbulkan pemerintahan otoriter, ia mengambil contoh kekuasaan hitler yang timbul akibat revolusi. Hal itu bukanlah tanpa alasan, karena pada dasarnya revolusi dilakukan oleh seorang politisi yang membangkang dari pemerintahan saat itu, sehingga ketika revolusi terlaksana, tentu saja politisi tersebut akan mendapatkan posisinya setelah itu. Berbeda dengan rakyat biasa yang akan sekadar menjadi pemberontak saja, walaupun akhirnya beberapa diantataranya mendapat posisi pula.

Hal tersebut juga terjadi di Indonesia pada masa pelengseran presiden Soeharto, seusai lengsernya Soeharto bukanlah utopia yang mereka dapatkan justru hal yang berulang kembali, jika kita melihat pada sejarah, pemerintahan yang terbentuk atas kekerasan tentunya akan menimbulkan pemerintahan yang tidak sehat, karena dari awal terbentuknya saja tidak melalui suatu hal yang baik.

Secara sampul buku ini memiliki sampul yang menarik, karena berisi ilustrasi berbagai orang secara abstrak yang tentunya dapat cukup menggambarkan absurdisme itu sendiri. Namun ada hal yang tidak mengenakkan dari sisi tulisan yang terdapat di sampul buku. Yaitu seperti kebanyakan buku dengan penulis terkenal lainnya, buku ini lebih menonjolkan nama penulisnya ketimbang judul buku itu sendiri, suatu hal yang kurang etis karena berkesan menjual nama penulisnya saja.

Secara kualitas kertas dan tulisan di dalam buku pun juga cukup buruk, kertas yang terdapat di buku ini terlalu kaku sekaligus rapuh, tidak cucuk untuk suatu buku yang tebal, begitu pula dengan tulisannya yang tidak rapi.

Buku ini cocok dibaca untuk mahasiswa, pokok pembahasan dalam buku ini cukup berat untuk dikonsumsi oleh pelajar yang masih menempuh pendidikan wajib.  Buku ini dapat mengubah pola berpikir dalam menyikapi segala suatu hal, baik dari hal yang dianggap jahat terdapat makna yang bisa dipetik didalamnya, begitu pun sebaliknya tindakan yang tampak baik pun terkadang berisi hal yang buruk di dalamnya.

Esai yang disampaikan oleh Albert Camus walaupun dianggap tidak teoritis, tetap saja dapat dengan mudah dipahami, maupun dilogikakan, karena penjabaran yang disampaikan pun masuk akal pula.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar