Jumat, 02 Juli 2021

Resensi : Dunia Sophie


Penulis : Jostein Gaarder
Genre : Fiksi
Penerbit : Mizan
ISBN : 978-979-433-574-1

Jostein terkenal akan penceritaan dalam novelnya yang menggunakan sudut pandang anak-anak, salah satunya ada novelnya yang satu ini, Dunia Sophie. Pria kelahiran tersebut 8 Agustus 1952 mulai dikebal setelah penjualan nov Dunia Sophie melunjak disertai dengan merebaknya terjemahan dari novel tersebut.

Dunia Sophie merupakan novel yang menceritakan perkembangan filsafat dari zaman Yunani hingga modern, yang dikemas dalam pertualangan si Sophie, anak berusia 14 tahun yang penuh akan rasa penasaran. Sophie mempelajari filsafat di usianya yang masih beli tersebut, salah satunya adalah filsafat ekstensialisme.

Filsafat ekstensialisme dalam novel ini dihadapkan pada sudut pandangan beberap filsuf, seperti Rene Descartes ataupun Jean Paul Sartre. Secara umum, pemikiran ekstensialisme ala Rene Descartes lebih disegani oleh berbagai orang, terutama pada ucapannya yang berbunyi “Aku berpikir maka aku ada”. Sedangkan Sartre berpikirian sebaliknya walaupun secara tersirat, ia meyakini bahwasanya eksistensi mendahului esensi.

Sartre mengungkapkan bahwa ekstensialisme adalah humanisme, ungkapan tersebut sempat disinggung sedikit di buku ini. Apa yang Sartre maksud dengan humanisme disini bukanlah humanisme yang seperti kebanyakan filsuf menjelaskannya. Namun, yang ia anggap humanisme disini adalah humanisme yang sesungguhnya, yang tidak terintervensi dengan hal diluar “human” itu sendiri. Oleh karena itu ia menganut ateisme.

Sartre mempercayai bahwasanya esensi tidak bisa mendahului eksistensi, entah itu bagi ekstensialisme kristen maupun ekstensialisme atheis. Untuk menciptakan esensi tersebut, harus ada pengada terlebih dahulu, yaitu eksistensinya. Esensi tersebut tercipta setelah eksistensi melakukan pengadaan yang mana tentunya juga memerlukan konstribusi dari eksistensi lainnya. Oleh karena itu eksistensi mendahului esensi.

Sartre juga menegaskan bahwasanya eksistensialisme bukanlah filsafat yang berserah pada keadaan, bukan seperti nihilsme. Justru ia menegaskan manusia adalah mahluk yang bebas, namun dibalik kebebasan tersebut terdapat harga yang harus dibayar, yaitu tanggung jawab akan kebebasan yang diambil.

Baik seseorang itu melakukan keputusan apa pun atau tidak mengambil keputusan sama sekali, terdapat pertanggung jawaban yang membebankannya. Oleh karena itu manusia adalah mahluk yang terbelenggu oleh kebebasannya sendiri.

Untuk menjadikan kebebasan tersebut hal yang tidak terlalu memberatkan, adalah dengan menjauhkan diri dari bad faith. Baid faith artinya merupakan kepercayaan yang buruk/korosif. Yang Sartre maksud adalah jangan fanatik pada suatu hal dan bentuklah diri berdasarkan keinginan diri yang murni.

Sartre menganggap, bahwa antara suatu orang dengan orang lainnya selalu terjadi konflik, yaitu saling mengobjekan orang lain. Ketika berbicara dengan orang lain tentunya kita akan memposisikan diri sebagai subjek dan orang lain sebagai objek, begitu juga sebaliknya. Itulah yang Sartre sebut sebagai konflik tak berujung.

Kita akan selalu menekankan apa yang faktual bagi kita secara subjektif, sehingga ketika berhadapan dengan orang yang berbeda, penyikapan kita akan berbeda pula, dengan cara mengusahakan faktual subjektif orang lain kepada kita terpenuhi bagi mereka. Itulah yang Sartre anggap sebagai bad faith.

Buku ini cocok sekali di baca bagi remaja, karena terdapat banyak filsafat yang bisa diterapkan, terutama bagi mereka yang sedang berusaha membentuk esensinya, karen terdapat banyak tokoh filsuf dibuku ini yang akan menjelaskan pembenaran akan suatu kejadian, yang mana bisa digunakan sebagai acuan oleh pembaca, namun tentu saja dengan memilahnya.

Filsafat jika diibaratkan adalah sebuah senjata, yang mana dapat bermakna baik jika digunakan dalam waktu yang tepat, serta begitu juga sebaliknya. Namun di buku ini penjelasan yang disampaikan tidak segamblang sebagaimana filsuf itu sendiri yang menjelaskannya melalui bukunya. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian lebih lanjut mengenai filsafat dalam buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar