Kamis, 25 Februari 2021

Budaya Thrifting


Thrifting  merupakan kegiatan memburu pakaian murah/bekas yang bertujuan agar tampil fashionable tanpa mengeluarkan dana yang banyak. Target utama dari thrifting biasanya merupakan pakaian vintage, berbahan dan tampak bagus atau pakaian yang memiliki nilai sejarah.

Penggemar thrifting sendiri pada awalnya kerap dianggap sebelah mata, karena pakaian bekas yang diburu oleh mereka dianggap menjijikkan atau murahan, namun baru-baru ini thrifting justru mulai digandrungi oleh para kawula muda. Bisa dibilang karena terdapat banyak sekali pakaian langka yang terdapat di thrift shop dengan harga miring dan sangat terjangkau. Kakak saya sendiri bahkan mendapatkan official merchandise dari “Adventure Time” dengan harga tidak sampai Rp. 50.000.

Karena terdapat banyaknya pakaian langka tersebut thrifting mulai semakin banyak digemari, tidak hanya untuk dipakai sendiri bahkan juga sebagai ladang bisnis. Contohnya Sunday Market yang digelar di Surabaya Town Square merupakan pasar dari pakaian bekas yang telah disortir dan dibersihkan secara mendetail, kisaran harga di pasar tersebut bermacam-macam dan murah tergantung kualitas pakaiannya. Pakaian yang terdapat di pasar tersebut sejatinya dapat diperoleh jauh lebih murah, jika di Surabaya sendiri lokasi terkenal yang menjadi sasaran utama para penggemar thrifting adalah Tugu Pahlawan atau Gembong, Kedua lokasi tersebut bagaikan surganya penggemar thrifting di Surabaya.

Saya sendiri belum pernah mengunjungi Gembong tetapi sempat melaksanakan thrifting di Tugu Pahlawan  beberapa kali, pakaian yang dijajakan di situ dimulai dari pagi petang. Terdapat banyak sekali merk ternama yang dijajakan di sana dan umumnya merk luar. Pakaian yang sejatinya berharga jutaan rupiah dapat dibeli dengan harga yang sangat miring di lokasi tersebut yaitu puluhan ribu rupiah. 

Terdapat berbagai cara untuk mendapatkan harga termurah dari pakaian yang diincar, salah satunya adalah dengan mengenakan pakaian yang biasa saja, berdasarkan pengalaman saudara saya, terdapat perbedaan besar tergantung pakaian yang dikenakan, contohnya adalah ketika memakai sepatu yang bagus penjual akan menolak menurunkan harga hingga jauh, namun ketika mengenakan sandal jepit penjual akan merasa lebih setara dan proses tawar menawar menjadi lebih nyaman. Ada juga yang menggunakan bahasa daerah sesuai dengan penjual agar mendapatkan harga murah dengan alasan berasal dari daerah yang sama.

Kenyamanan yang diperoleh dari melakukan thrifting tidak hanya pakaian yang diperoleh, tetapi rasa puas ketika mencari dan mendapatkan barang yang diincar merupakan salah satu penunjang mengapa thrifting sangat digemari, apalagi ditambah dengan pandemi yang melanda menyulitkan banyak orang dalam segi finansial, thrifting disini dapat menjadi solusi bagi mereka agar mendapatkan pakaian berkualitas dengan hanya mengeluarkan sedikit dana saja.

TIdak hanya itu, thrifting juga dapat meminimalisir limbah pakaian yang kian tahun kian bertambah, bahkan diperkirakan pada tahun 2050 mendatang limbah yang dihasilkan dari pakaian akan meningkat sebanyak tiga kali lipat. Dengan melakukan thrifting sama saja dengan mendukung gerakan zero waste dalam segi pakaian, selain mendapat keuntungan bagi diri sendiri, kegiatan thrifting juga dapat berperan dalam mengurangi limbah pakaian.

Sayangnya karena menjamurnya kegiatan thrifting baru-baru ini menyebabkan banyak thrift shop yang mulai menyalahi arti dari thrifting itu sendiri, pakaian bekas yang pada awalnya hanya berkisar puluhan ribu mulai sering dijual berkali-kali lipat oleh berbagai thrift shop dengan alasan memiliki nilai sejarah yang berusaha mendapat keuntungan sebesar-besarnya dari pakaian yang dijualnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar